Minggu, 19 Mei 2013

Kisah dan Pengalaman Menjadi Anggota PMAT oleh IMRON



Kenalkan namaku Imron,aku anak kedua dari enam bersaudara. Aku bisa dibilang menjadi tulang punggung keluarga karena anak pertama adalah seorang cewek.Aku sekarang berdomisili di Palembang kota mpek-mpek.Sekarang aku sudah kuliah di Universitas Jenderal Soedirman tepatnya di Purwokerto,Jawa Tengah.Pada saat pertama menginjakkan kaki di purwokerto,aku dibantu oleh kakak-kakak senior.Mereka semua adalah anak-anak organisasi PMAT sebuah paguyuban mahasiswa anak transmigran yang di kumpulkan dalam satu asrama yang di dalamnya terdapat bermacam-macam suku.Tidak mudah aku bisa berkuliah,aku akan mengisahkan kisah perjalananku untuk bisa sampai berkuliah di kota satria tersebut.
Setelah lulus SMA aku hanya berpandangan untuk bekerja di Batam bersama sahabatku Arif.Kami berikrar dan mencapai kata sepakat saat itu.Sore harinya arif dengan berkendaraan motor datang kerumahku dan memberi kabar kalau ada beasiswa untuk melanjutkan perguruan tinggi di Purwokerto.Kabar itu membuatku ragu apakah aku bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Arif meyakinkan diriku agar menerima tawaran yang di berikan...”yakin ron...kita pasti bisa....”.Arif berkata kalau seandainya aku tidak mencoba untuk ikut mendaftar,maka dia juga tak mau untuk kuliah.Aku berfikir sejenak,karena Arif hanya meberikanku waktu berfikir hanya 10 menit saja.”Ya”.....jawabku..,Arif pun tersenyum lebar dan langsung mengajakku untuk menemui orang yang memberi tawaran tersebut.”Bu Aji’ begitulah orang memanggil namanya,dia orang asli Makasar.Ketika sampai di rumah Bu Aji kami langsung mengucap salam,orangnya baik dan dia mengatakan bahwa ada tawaran beasiswa dari kemenakertrans untuk anak transmigrasi yang tidak mampu namun berprestasi di sekolah.Kabar ini juga dia dapat dari anaknya yang berkuliah di Unsoed.Nama anaknya adalah Andi Zulfikar.Kami berdua langsung mengatakan “ya,...kami akan mencoba ikut mendaftar bu...”....lalu diapun langsung tersenyum lebar dan berkata”baiklah,kalian uruslah surat-surat yang diperlukan untuk mendaftar,ntar ibu bantu”.
Kami pulang kerumah masing-masing,dan keesokan harinya persiapan pun di mulai.Kesibukan demi kesibukan pun kami lalui dengan semangat,dari mulai buat surat di sekolah,desa,dan kecamatan kami kerjakan.Ternyata di tengah usaha kami  terbentur dengan dana.Terus terang kami berdua berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mampu.Aku pulang kerumah dengan lunglai,dan berkata ke ibuku,.”Bu,aku sudah kehabisan duit untuk mengurus surat-surat pendaftaran’’..Sontak ibuku menangis.dan membelai rambutku dan mengatakan “ron...ibu sudah gak punya uang lagi,adik-adikmu banyak”..dan sebelum ibuku beranjak,dia berkata”juallah ayam-ayam dan pisang di belakang untuk tambahan biaya’’.
Sama halnya dengan arif,dia mendapatkan suplai dana tapi ntah dari mana aku tidak bertanya.Kami pun menyelesaikan surat-surat pendaftaran ,dan sampai pada tahap terakhir yaitu pengiriman berkas ke kabupaten.Kami kebingungan karena tidak tahu letak dimana dinas transmigrasi daerah berada.Jadi kami minta bantuan ke bu Aji yang meminta surat pengantar dan mengirm ke Jakarta dengan cacatan kami harus bersedia membantu kerja di kebun sampai pengumuman diterima.
Sebulan pun telah berlalu,akhirnya setelah selesai bekerja di waktu sore hari bu Aji memberi tahu kalau kami berdua lulus seleksi.Betapa senangnya hatiku ketika mendengar kabar tersebut,tapi ada terbesit pemikiran di kepalaku bagaimana caranya aku bisa ke pulau jawa dan kuliah sedangkan orang tuaku sudah tidak memiliki biaya lagi.Seminggu setelah pengumuman aku harus sudah berada di Purwokerto untuk registrasi,tiap malam ku berdoa dan orang tuaku kesana kemari mencari pinjaman demi diriku.Berlinang air mataku melihat usaha orangtuaku untuk memperoleh biaya demi anaknya harus kuliah,karena mereka beranggapan walaupun kita orang tak punya tapi punya kebanggaan yaitu anaknya harus kuliah.Hari-hari telah berlalu dan mendekati H-1 akhirnya orangtuaku meminjam uang ke koperasi dengan menggadaikan surat tanah.ketika kutanya mereka menjawab’’tak apalah nak ,apalah guna harta ini,kalaucita-citamu bisa tercapai itu lebih baik dari pada hanya sebidang tanah”.jatuhlah air mataku ketika mereka berdua mengatakan seperti itu.Dalam diriku aku bertekad harus benar-benar menempuh pendidikan dan cepat menjadi sarjana agar bisa membanggakan kedua orangtuaku.
Tibalah hari keberangkatan,aku dan arif sudah packing semua yang dibutuhkan untuk keperluan selama kuliah dan di perjalanan.Lagi-lagi kami harus berhutang budi dengan bu aji dan keluarganya yang mengantarkan kami sampai purwokerto karena memang kami tidak tahu dan belum pernah namanya ke jawa.Bu aji dan keluarganya seperti malaikat bagi diriku,dia sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri.Isak tangis orang tua adik dan saudaraku mengantar kepergian kami ke tanah jawa.Kami pergi dengan mengendarai bus antar propinsi.
Sampai di Jakarta aku dan arif harus berpisah dengan bu Aji,kami dititipkan oleh anaknya untuk mengantar sampai purwokerto.Sampai di Purwokerto kami di sambut dengan hangat oleh para senior yang ada di asrama tapi ada sebagian yang acuh,maklum namanya baru kami tidak tahu kalau hal itu sudah termasuk dalam ospek asrama.kami di antar ke dalam satu kamar yang ternyata di dalamnya sudah banyak anak-anak dari luar jawa yang duluan sampai disitu.Esok harinya pembukaan ospek PMAT berlangsung,mulailah di berlakukan tata tertib yang benar-benar mengekang kami.Maklum kami dari luar jawa,jadi hawa sangar kami masih terbawa disitu.Keinginan melawan pun sangat besar.Mulai dari dicukur rambut hingga tersisa satu centi sampai peraturan yang lain,ditengah ospek aku mulai jenuh dan juga ternyata dialami teman-teman yang lain.Hampir satu bulan pun berlangsung dan tibalah saatnya makrab PMAT.Ternyata apa yang diterapkan para kakak senior benar-benar berguna bagi kami,mulai dari kekompakkan,senasib dan seperjuangan.Angkatan kami makin solid dan pada acara puncak terkahir makrab benar-benar haru.Isak tangis pun terjadi,terbesit keinginan pingin ospek kembali di ulang.Saling memaafkan pun terjadi antara anggota baru dengan senior,sehingga tiada sekat lagi.
Setelah ospek dan makrab selesai kami semua mulai memasuki bangku perkuliahan,kami sudah mengenal dunia kampus dan berbagai organisasi di dalamnya berkat PMAT.Jadi,kami sudah punya persiapan untuk menghadapinya.Ospek kampus tiada apa-apanya di banding dengan PMAT yang jauh lebih wow karena emang sulit digambarkan.Beberapa organisasi di kampus pun mulai ku ikuti di semester awal tapi tetap meneimbangkan dengan akademik.
Tibalah melihat nilai akhir semester pertama setelah uas,dan hasilnya akau mendapat nilai yang tidak terlalu bagus hingga semester lima.Mungkin itu imbas diriku yang terlalu menghiraukan akademik demi hanya bermain-main.Aku malu,aku menyesal tapi apalah daya nasi telah menjadi bubur.Waktu tak akan berulang,dan di semester enam ini aku harus mendapatkan nilai bagus dan bisa menbanggakan orangtuaku.
Aku bangga kepada orangtuaku ...aku bangga menjadi anggota PMAT...aku bangga menjadi anak transmigrasi....terimakasih PMAT tanpamu aku tidak bisa lebih.......
LOVEEEE PMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar