Kenalkan namaku Imron,aku anak kedua dari enam bersaudara. Aku bisa
dibilang menjadi tulang punggung keluarga karena anak pertama adalah seorang
cewek.Aku sekarang berdomisili di Palembang kota mpek-mpek.Sekarang aku sudah
kuliah di Universitas Jenderal Soedirman tepatnya di Purwokerto,Jawa Tengah.Pada
saat pertama menginjakkan kaki di purwokerto,aku dibantu oleh kakak-kakak
senior.Mereka semua adalah anak-anak organisasi PMAT sebuah paguyuban mahasiswa
anak transmigran yang di kumpulkan dalam satu asrama yang di dalamnya terdapat
bermacam-macam suku.Tidak mudah aku bisa berkuliah,aku akan mengisahkan kisah
perjalananku untuk bisa sampai berkuliah di kota satria tersebut.
Setelah lulus SMA aku hanya berpandangan untuk bekerja di Batam bersama
sahabatku Arif.Kami berikrar dan mencapai kata sepakat saat itu.Sore harinya
arif dengan berkendaraan motor datang kerumahku dan memberi kabar kalau ada
beasiswa untuk melanjutkan perguruan tinggi di Purwokerto.Kabar itu membuatku
ragu apakah aku bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Arif meyakinkan diriku agar
menerima tawaran yang di berikan...”yakin ron...kita pasti bisa....”.Arif
berkata kalau seandainya aku tidak mencoba untuk ikut mendaftar,maka dia juga
tak mau untuk kuliah.Aku berfikir sejenak,karena Arif hanya meberikanku waktu
berfikir hanya 10 menit saja.”Ya”.....jawabku..,Arif pun tersenyum lebar dan
langsung mengajakku untuk menemui orang yang memberi tawaran tersebut.”Bu Aji’
begitulah orang memanggil namanya,dia orang asli Makasar.Ketika sampai di rumah
Bu Aji kami langsung mengucap salam,orangnya baik dan dia mengatakan bahwa ada
tawaran beasiswa dari kemenakertrans untuk anak transmigrasi yang tidak mampu
namun berprestasi di sekolah.Kabar ini juga dia dapat dari anaknya yang
berkuliah di Unsoed.Nama anaknya adalah Andi Zulfikar.Kami berdua langsung
mengatakan “ya,...kami akan mencoba ikut mendaftar bu...”....lalu diapun
langsung tersenyum lebar dan berkata”baiklah,kalian uruslah surat-surat yang
diperlukan untuk mendaftar,ntar ibu bantu”.
Kami pulang kerumah masing-masing,dan keesokan harinya persiapan pun di
mulai.Kesibukan demi kesibukan pun kami lalui dengan semangat,dari mulai buat
surat di sekolah,desa,dan kecamatan kami kerjakan.Ternyata di tengah usaha
kami terbentur dengan dana.Terus terang
kami berdua berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mampu.Aku pulang
kerumah dengan lunglai,dan berkata ke ibuku,.”Bu,aku sudah kehabisan duit untuk
mengurus surat-surat pendaftaran’’..Sontak ibuku menangis.dan membelai rambutku
dan mengatakan “ron...ibu sudah gak punya uang lagi,adik-adikmu banyak”..dan
sebelum ibuku beranjak,dia berkata”juallah ayam-ayam dan pisang di belakang
untuk tambahan biaya’’.
Sama halnya dengan arif,dia mendapatkan suplai dana tapi ntah dari mana
aku tidak bertanya.Kami pun menyelesaikan surat-surat pendaftaran ,dan sampai
pada tahap terakhir yaitu pengiriman berkas ke kabupaten.Kami kebingungan
karena tidak tahu letak dimana dinas transmigrasi daerah berada.Jadi kami minta
bantuan ke bu Aji yang meminta surat pengantar dan mengirm ke Jakarta dengan
cacatan kami harus bersedia membantu kerja di kebun sampai pengumuman diterima.
Sebulan pun telah berlalu,akhirnya setelah selesai bekerja di waktu sore
hari bu Aji memberi tahu kalau kami berdua lulus seleksi.Betapa senangnya
hatiku ketika mendengar kabar tersebut,tapi ada terbesit pemikiran di kepalaku
bagaimana caranya aku bisa ke pulau jawa dan kuliah sedangkan orang tuaku sudah
tidak memiliki biaya lagi.Seminggu setelah pengumuman aku harus sudah berada di
Purwokerto untuk registrasi,tiap malam ku berdoa dan orang tuaku kesana kemari
mencari pinjaman demi diriku.Berlinang air mataku melihat usaha orangtuaku
untuk memperoleh biaya demi anaknya harus kuliah,karena mereka beranggapan
walaupun kita orang tak punya tapi punya kebanggaan yaitu anaknya harus
kuliah.Hari-hari telah berlalu dan mendekati H-1 akhirnya orangtuaku meminjam
uang ke koperasi dengan menggadaikan surat tanah.ketika kutanya mereka
menjawab’’tak apalah nak ,apalah guna harta ini,kalaucita-citamu bisa tercapai
itu lebih baik dari pada hanya sebidang tanah”.jatuhlah air mataku ketika
mereka berdua mengatakan seperti itu.Dalam diriku aku bertekad harus
benar-benar menempuh pendidikan dan cepat menjadi sarjana agar bisa
membanggakan kedua orangtuaku.
Tibalah hari keberangkatan,aku dan arif sudah packing semua yang
dibutuhkan untuk keperluan selama kuliah dan di perjalanan.Lagi-lagi kami harus
berhutang budi dengan bu aji dan keluarganya yang mengantarkan kami sampai
purwokerto karena memang kami tidak tahu dan belum pernah namanya ke jawa.Bu
aji dan keluarganya seperti malaikat bagi diriku,dia sudah kuanggap sebagai
ibuku sendiri.Isak tangis orang tua adik dan saudaraku mengantar kepergian kami
ke tanah jawa.Kami pergi dengan mengendarai bus antar propinsi.
Sampai di Jakarta aku dan arif harus berpisah dengan bu Aji,kami
dititipkan oleh anaknya untuk mengantar sampai purwokerto.Sampai di Purwokerto
kami di sambut dengan hangat oleh para senior yang ada di asrama tapi ada
sebagian yang acuh,maklum namanya baru kami tidak tahu kalau hal itu sudah
termasuk dalam ospek asrama.kami di antar ke dalam satu kamar yang ternyata di
dalamnya sudah banyak anak-anak dari luar jawa yang duluan sampai disitu.Esok
harinya pembukaan ospek PMAT berlangsung,mulailah di berlakukan tata tertib
yang benar-benar mengekang kami.Maklum kami dari luar jawa,jadi hawa sangar
kami masih terbawa disitu.Keinginan melawan pun sangat besar.Mulai dari dicukur
rambut hingga tersisa satu centi sampai peraturan yang lain,ditengah ospek aku
mulai jenuh dan juga ternyata dialami teman-teman yang lain.Hampir satu bulan
pun berlangsung dan tibalah saatnya makrab PMAT.Ternyata apa yang diterapkan
para kakak senior benar-benar berguna bagi kami,mulai dari kekompakkan,senasib
dan seperjuangan.Angkatan kami makin solid dan pada acara puncak terkahir
makrab benar-benar haru.Isak tangis pun terjadi,terbesit keinginan pingin ospek
kembali di ulang.Saling memaafkan pun terjadi antara anggota baru dengan
senior,sehingga tiada sekat lagi.
Setelah ospek dan makrab selesai kami semua mulai memasuki bangku
perkuliahan,kami sudah mengenal dunia kampus dan berbagai organisasi di
dalamnya berkat PMAT.Jadi,kami sudah punya persiapan untuk menghadapinya.Ospek
kampus tiada apa-apanya di banding dengan PMAT yang jauh lebih wow karena emang
sulit digambarkan.Beberapa organisasi di kampus pun mulai ku ikuti di semester
awal tapi tetap meneimbangkan dengan akademik.
Tibalah melihat nilai akhir semester pertama setelah uas,dan hasilnya
akau mendapat nilai yang tidak terlalu bagus hingga semester lima.Mungkin itu
imbas diriku yang terlalu menghiraukan akademik demi hanya bermain-main.Aku
malu,aku menyesal tapi apalah daya nasi telah menjadi bubur.Waktu tak akan
berulang,dan di semester enam ini aku harus mendapatkan nilai bagus dan bisa
menbanggakan orangtuaku.
Aku bangga kepada orangtuaku ...aku bangga menjadi anggota PMAT...aku
bangga menjadi anak transmigrasi....terimakasih PMAT tanpamu aku tidak bisa
lebih.......
LOVEEEE PMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar